Jakarta World Forum
(JWF) adalah forum bagi para jurnalis di seluruh dunia. Diselerenggarakannya
JWF bertujuan untuk mencari solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi
jurnalis di seluruh dunia dengan saling berbagi cerita dan pengalaman sebagai
jurnalis di negara masing-masing.
JWF diselenggarakan di
Universitas Multimedia Nusantara (UMN) pada 19 – 24 September 2016. Forum
tersebut diikuti lebih dari 80 negara,
dengan melibatkan banyak sukarelawan dari mahasiswa UMN. Setiap harinya akan
diisi dengan berbagai sesi presentasi, forum, maupun debat yang menghadiran
pembicara berpengalaman dari seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Salah satu sesi yang
menarik adalah Session Media and
Democracy yang dilaksanakan pada Rabu, 21 September 2016 bertempat di Lecture Hall UMN pukul 11.30 – 13.00 WIB.
Sesi ini merupakan sesi sharing dan
diskusi mengenai peran media dalam proses demokrasi. Pembicara terdiri dari
Jennifer Dunham (Freedom House, USA), Ramzi Lani (Albania Media Institute,
Albania), dan Inaya Rakhmani (Universitas Indonesia, Indonesia). Sesi dibuka
dengan cerita oleh moderator Janne Burgaunt (Internews, USA) tentang
pengalamannya menjadi jurnalis di Amerika.
Pembicara pertama
Jennifer Dunham merupakan bagian dari Freedom House, USA. Ia menjelaskan hasil
penelitian mengenai kebebasan pers yang ada di seluruh dunia antara tahun 1980
– 2016. Baginya pers di seluruh dunia belum memiliki kebebasan dalam melakukan
tugas mereka. Meski begitu kebebasan pers terus meningkat tiap tahunnya hingga
mencapai 50% tahun 2016. Selanjutnya oleh Ramzi Lani dari Albania. Ia
menjelaskan bahwa hubungan media yang terlihat jelas bukan hanya dengan
demokrasi, namun juga kapitalisme dan bisnis. Kedua hal ini mengundang
proaganda besar-besaran di beberapa negara. Terakhir oleh Inaya Rakhmani dari
Universitas Indonesia yang melihat hubungan media dan demokrasi. Ia memberi
contoh peran media yang sangat kental di Indonesia perihal demokrasi, yaitu
kampanya pemilihan presiden tahun 2014. Inaya menceritakan bagaimana media
terbagi menjadi terpecah-pecah dalam mendukung calon presiden dan wakil
presiden karena pemilik sebagian besar media di Indonesia adalah orang politik.
Pada akhir sesi, peserta
yang ada dipersilakan untuk saling sharing
mengenai hubungan media dan demokrasi di negara masing-masing, atau
bertanya mengenai permasalah jurnalis yang mereka hadapi. Akhirnya sesi ini
ditutup dengan solusi-solusi yang mungkin bisa diaplikasikan para jurnalis yang
hadir di negara masing-masing.
Komentar
Posting Komentar