Adakah Kebebasan Pers pada Zaman Nazi - Hitler?

Pada Januari 1933, Adolf Hitler ditunjuk menjadi kanselir (presiden) Jerman oleh Presiden Republik Weimar Paul von Hindenburg. Pada Maret 1993, Partai Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP; Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional) memenangkan pemilu parlemen dengan meraih suara lebih dari 40%. Nazi Jerman adalah penyebutan umum Inggris untuk periode sejarah Jerman dari 1933 hingga 1945, sebuah kediktatoran dibawah kendali Adolf Hitler dan Partai Nazi (NSDAP).

           Pada masa tersebut, Jerman berubah menjadi negara totaliter fasis yang mengendalikan hampir seluruh aspek kehidupan. Setelah Partai Nazi berkuasa, parlemen Jerman langsung mnegesahkan undang-undang baru bernama “UU Pembolehan” yang isinya memperbolehkan Hitler selaku kanselir untuk membuat peraturan baru dan mengubah konstitusi negara tanpa harus melalui persetujuan parlemen. Dari sinilah otoriter dan kediktatoran zaman Nazi dimulai. Hitler meyakinkan kabinetnya untuk menyatakan suatu keadaan darurat dan mengakhiri kebebasan individu, seperti kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul, termasuk kebebasan pers.

           Rasisme adalah corak umum dari rezim ini. Ras Nordik dianggap sebagai yang paling murni dari Ras Arya, sehingga dianggap sebagai ras yang berkuasa dan unggul. Jutaan kaum Yahudi dan ras lainnya yang dipandang rendah kemudian dianiaya dan dibunuh. Karena Hitler sangat meminimalisir dokumen pembantaian dan melarang dokumentasi, maka tidak ada sumber maupun bukti yang bsia digunakan pers dalam membuat berita. Di samping itu, kebebasan pers pun telah dibekukan. Pers digunakan untuk kepentingan negara dan sebagai media penyaluran propaganda. Hitler mengandalkan teror dan propaganda dalam menacapai sasarannya. Dengan diming-imingi upah, rasa persaudaraan, dan seragam yang menawan, puluhan ribu pemuda siap menjadi polisi pembantu yang menelusuri jalan-jalan untuk menghajar dan membunuh penentang rezim Nazi.

Selain terkenal dengan kediktatorannya, rezim Nazi juga berhasil memajukan situasi dalam negeri setelah kalah dalam Perang Dunia I. Jerman berhasl bangkit dalam hal ekonomi sampai penguatan sektor militer. Pemerintah Jerman kemudian berencana memperluas wilayahnya supaya bisa menyediakan lahan kosong untuk tempat tinggal rakyat Jerman. Jerman kemudian bekerja sama dnegan Italia dan Jepang yang pada saat itu memiliki ideologi yang sama. Ambisi ini kemudian menjadi pemicu terjadinya Perang Dunia II yang dimulai pada 1939.

            Selama Perang Dunia II (PD II), Hitler juga tidak lupa menggunakan media massa untuk melancarkan propaganda perangnya. Media yang digunakan berupa surat kabar dan poster yang tersebar di setiap jalan Jerman. Pada awal PD II, Jerman berhasil menguasai hampir seluruh daratan Eropa dan menjadi negara yang disegani sektor militernya. Namun pada 1941 Jerman justru mengalami kemunduran. Musuh yang harus dihadapi semakin banyak. Sekutu melakukan pergerakan besar-besaran ke arah Jerman pada 1944. Uni Soviet yang merupakan salah satu musuh Jerman berhasil menduduki Polandia pada awal 1945. Sadar kalau pasukan Sekutu akan segera tiba di ibu kota Berlin, Hitler dan isterinya lalu melakukan bunuh diri pada 30 April 1945. Dua hari kemudian pasukan Jerman yang tersisa menyerah tanpa syarat sehingga PD II di tanah Eropa berakhir dengan kekalahan Jerman. Berakhirnya perang juga sebagai tanda berakhirnya rezim Nazi.