INTERNET UNTUK LITERASI POLITIK


1.        Media Baru untuk Literasi Politik

Kemunculan media baru tidak lepas dari kemunculan internet. Berkembangnya internet dan semakin banyaknya media baru menjadi wadah tersendiri bagi masyarakat dalam mengakses informasi, salah satunya informasi politik. Tidak lagi menggunakan media konvensional seperti surat kabar, radio, dan televisi, kini masyarakat menggunakan media baru tersebut untukmencari tahu dan memahami keadaan politik di negaranya.

 

Istilah media baru muncul karena semakin berkembangnya zaman terlebih karena kemunculan internet. Media baru mengacu kepada segala bentuk media yang terdigitalisasi dan terkoneksi dengan jaringan.

 

Pakar komunikasi Denis McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa (2011) menjelaskan ciri-ciri utama media baru, yaitu :

a.       Saling keterhubungan (interkonektivitas)

b.      Aksesnya terhadap khalayak individu sebagai penerima dan pengirim pesan

c.       Interaktivitasnya

d.      Kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka

e.       Sifatnya yang ada di mana-mana

Ada pun media baru yang digunakan masyarakat dalam mencari informasi politik dapat dilakukan melalui :

a.       Alat komunikasi jarak jauh

Alat komunikasi jarak jauh yang sering digunakan adalah e-mail dan aplikasi chatting (Line, WA, BBM, dll). Alat komunikasi jarak jauh yang terkoneksi dengan internet ini sering kali digunakan untuk berbagi informasi tak terkecuali informasi politik. Dengan alat komunikasi jarak jauh maka komunikasi bisa dilakukan dengan cepat tanpa batasan waktu dan ruang. Bahkan aplikasi Line memiliki fasilitas Line Today yang kerap kali memberikan berita-berita terhangat.

b.      Media online

Media online adalah media massa yang tersaji dalam bentuk online berupa website. Menurut data dari Dewan Pers media online di Indonesia terdapat lebih dari 2000 situs. Karena banyaknya dan kemudahan mengakses media, maka masyarakat lebih memilih media online sebagai wadah mencari informasi terkait politik. Namun sayangnya berita (informasi) di media online dibuat berdasarkan asas kecepatan sehingga kurangnya ketepatan dan keutuhan suatu berita.

c.       Media sosial

Media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan Youtube juga menjadi pilihan masyarakat dalam mencari informasi seputar politik. Media sosial sebagai sarana berbagi bisa menjadi tempat terjadinya pertukaran informasi. Misalnya di Facebook sering kali terdapat link berita dan video. Salah satu contohnya adalah video Ahok saat memberikan pidato di depan warga Kepulauan Seribu. Dari video yang muncul di Facebook tersebut banyak orang yang akhirnya tahu dan menjadi viral di internet.

 

Literasi politik melalui internet sangat terlihat saat terjadinya kampanye pemilu dan pilkada. Masyarakat mencari informasi mengenai apa itu pemilu/pilkada, siapa saja calon yang maju, dan mengapa calon tersebut harus dipilih. Kesempatan ini pun juga digunakan bagi kandidat untuk mengkampanyekan diri dan programnya melalui internet. Dengan mencari informasi seputar politik melalui internet, masyarakat dapat melakukannya dengan waktu yang cepat dan tak terbatas. Masyarakat pun pada akhirnya dapat membandingkan informasi yang satu dengan yang lain sehingga mampu memilih kandidat yang sesuai.

 

2.        E-goverment

Berbicara mengenai politik tentu tidak lepas dengan pemerintahan. Perkembangan teknologi dan munculnya internet juga dimanfaatkan oleh pemerintahan untuk meningkatkan fasilitasnya terhadap warga masyarakat. Selain masyarakat bisa mendapatkan segala bentuk informasi mengenai pemerintahan, e-goverment juga sebagai wadah pemerintah dalam memberikan informasi dan pelayanan untuk masyarakatnya yang terimplikasi dalam bentuk laman web.

 

E-goverment yang kependekan dari “elektronik pemerintah” (biasa dikenal dengan e-gov, online pemerintah, atau pemerintah digital) adalah pemerintahan yang mengguankan teknologi dan internet dan kemudian dikombinasikan dengan layanan dan informasi dari pemerintah yang kemudian diperuntukkan bagi masyarakat. Fungsi dan tujuan dari e-goverment adalah agar terbentuk pemerintahan yang bersih, transparan, serta mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif.

 

Jenis-jenis e-goverment :

1.      Goverment to Citizen (G2C)

Suatu teknologi informasi yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan pemerintah dan masyarakat, serta mempermudah masyarakat dalam mencari informasi mengenai pemerintahan. Contoh: www.jabarprov.go.id, yang bisa digunakan untuk mencari informasi mengenai pajak online, layanan jaminan sosial, atau lowongan pekerjaan.

2.      Goverment to Business (G2B)

G2B dibuat karena pemerintah melihat bahwa sangat dibutuhkan relasi yang kuat antara pemerintah dengan kalangan pebisnis. Tujuannya adalah mempermusah masyarakat kalangan pebisnis. Contoh: www.indotender.com, yang digunakan untuk mencari informasi mengenai pajak perseroan, peraturan pemerintah, pendaftaran perusahaan, atau peluang bisnis.

3.      Goverment to Goverment (G2G)

G2G adalah web pemerintah yang dibuat untuk memenuhi berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh pemeritah satu dengan pemerintah yang lainnya. Dengan begitu dapat memperlancar dan mempermudah kerja sama antara pemerinthan yang berkaitan. Contoh: www.embassyofindonesia.org yang berisikan mengenai blogging untuk kalangan legislatif, konsultasi online, pendidikan online, atau pelayanan masyarakat terpadu.

4.      Goverment to Employees (G2E)

E-goverment ini dibuat bagi para pegawai pemerintahan atau pegawai negeri  untuk meningatkan kinerja dan kesejahteraan pegawai tersebut. Contoh: www.sdm.depkeu.go.id.

 

3.        Partisipasi Politik Masyarakat

Dalam survei nasional yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia1 pada bulan Juni 2013 lalu, isu terkait akses internet di Indonesia sebagai sumber informasi politik dan pengaruhnya terhadap tingkat apatisme politik serta level kepercayaan terhadap institusi politik menghasilkan beberapa temuan menarik:

 

Ada 2 dari 10 pemilih secara nasional yang mengakses internet sebagai sumber berita politik terlepas dari seberapa intensitasnya.

Description: http://www.indikator.co.id/ck_uploads/images/akses%20berita%20internet.PNG

Gambar dari indikator.co.id

 

Khusus bagi pemilih yang mengakses internet, data menunjukkan bahwa semakin pemilih sering mengakses internet, maka semakin rendah kepercayaan terhadap institusi politik.

Description: http://www.indikator.co.id/ck_uploads/images/trust%20inst%20pol%20internet.PNG

Gambar dari indikator.co.id

Yang sering mengakses internet, juga lebih tertarik politik dan lebih sering mengikuti berita politik.

Description: http://www.indikator.co.id/ck_uploads/images/pol%20interest%20berita%20pol.PNG

Gambar dari indikator.co.id

 

Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara level akses internet terhadap level kepedulian politik pemilih meskipun pada saat bersamaan hal tersebut juga menaikkan level apatisme pemilih terhadap institusi politik

 

Melalui akses tanpa batas dari internet, maka akses informasi masyarakat di bidang politik pun juga semakin terbuka lebar. Kemudahan akses informasi tersebut pada akhirnya mendorong partisipasi masyarakat dalam bidang politik. Masyarakat tidak lagi tutup mata dengan keadaan politik.

 

Apatis terhadap intuisi politik bukan berarti masyarakat tidak melakukan partisipasi politik. Masyarakat yang semakin terbuka dengan akses informasi politik, maka semakin tinggi kepedulian politiknya. Hal ini lah yang mendorong partisipasi politik masyarakat.

 

Partisipasi politik juga bukan hanya dengan menjadi anggota partai politik saja. Partisipasi politik bisa berupa diskusi politik di grup online, dan posting komentar di blog/website yang mengangkat informasi politik. Selain itu posting-an di media sosial juga bisa termasuk partisipasi politik bila mengandung informasi politik.

 

Contoh yang paling terlihat terkait partisipasi politik masyarakat adalah saat kampanye pemilu/pilkada. Pada saat ini sedang dilakukan pilkada DKI Jakarta 2017. Ketiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur tak melewatkan melakukan kampanye melalui internet (media baru), begitu pun dengan para pendukungnya. Di dalam media sosial, masyarakat secara terbuka menunjukkan dukungannya kepada pasangan calon yang dipilihnya. Dukungan tersebut bisa dilihat dari postingan-postingan, hashtag, dan komentar-komentar di media sosial.

 

 

4.        Kelebihan dan Kelemahan

Penggunaan internet untuk literasi politik memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri.

 

Kelebihan :

a.       Terdapat “kebebasan informasi”

Melalui internet, kita dapat mencari informasi mengenai apa pun yang diinginkan, tak terkecuali politik. Akses yang luas dan terbuka memungkinkan segala informasi politik yang kita butuhkan dapat ditemukan.

b.      Cepat, efisien, dan nyaman

Mencari informasi tentang politik dapat dilakukan dengan cepat dan efesien berkat adanya kata kunci. Dalam mesin pencari (search engine) seperti Google, kita hanya perlu memasukkan kata kunci apa yang ingin kita cari, dan secara otomatis akan memunculkan hasil terkait. Dengan begitu kita tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk menerima informasi yang tidak kita harapkan. Selain itu proses pencarian informasi politik melalui internet terbilang nyaman karena kita mampu melakukannya di mana pun dan kapan pun hanya dengan ponsel pintar.

c.       Interaktivitas

Selain mencari informasi, kita juga bisa berinteraksi dengan pihak terkait melalui internet. Contohnya bila kita mencari informasi politik melalui blog pribadi, kita bisa saling bertukar pendapat di kolom komen yang telah tersedia. Atau bila kita mendapat informasi politik dari media sosial, maka kita mampu berinteraksi dengan cara memberikan tanda suka (like) atau komentar.

d.      Jumlah informasi yang tak terbatas

Melalui internet kita mampu mencari dan mendapatkan informasi yang tak terbatas jumlahnya. Begitu banyak informasi yang kita cari dan butuhkan ada di internet. Maka bila kita melakukan literasi politik melalui internet kita akan mendapat informasi dalam jumlah besar.

e.       Partisipasi politik

Semakin banyak informasi politik yang didapat, maka semakin mendorong masyarakat untuk berpartisipasi politik. Misalnya banyak masyarakat yang mendapat kabar tentang akan diadakannya demo dari media sosial. Maka seluruh masyarakat yang merasa sepenanggungan dan satu rasa akan berkumpul untuk melakukan aksi demo meski dari latar belakang daerah yang berbeda. Semakin luas berita yang tersebar, maka akan semakin banyak pula masyarakat yang mengetahuinya dan ikut aksi demo tersebut.

f.       Kebebasan berpendapat

Melalui internet orang akan semakin berani mengungkapkan pendapatnya. Sering kali banyak orang yang bila berbicara langsung tidak mampu mengutarakan pendapatnya yang bertentangan dengan orang lain. Namun dengan adanya internet, perbedaan pendapat semakin terbuka dan mendorong masyarakat untuk bebas berpendapat.

 

 

Kelemahan :

a.       Akurasi rendah

Banyak informasi yang kita terima dari internet memiliki akurasi atau nilai kebenaran yang rendah, misalnya kita mendapat informasi dari media online. Berita yang ditampilkan media online memang cepat dan selalu up to date, namun karena berlomba-lomba untuk menjadi media online tercepat dalam penyampaian informasi, maka ketidakakurasian sering kali ditemui. Bukan hanya dari media online, tapi juga dari media sosial. Akun-akun media sosial sering kali dijadikan sumber informasi. Namun karena akun media sosial adalah akun pribadi, maka akurasinya tidak 100 persen benar. Sebab informasi yang sudah melalui pihak dua, tiga, empat dan seterusnya, akan berbeda dengan informasi dari pihak pertama. Bila tidak cermat dalam memilah informasi mana yang akurat, maka kita pun akan terpersuasi untuk mengikuti pendapat atau mempercayai informasi dari media-media internet tersebut.

b.      Cybercrime

Di internet kita memang bisa berpendapat dan mengekspresikan apa yang kita pikirkan. Namun kebebasan berekspresi yang tidak terkendali, tidak beretika, dan berlebihan justru akan menimbulkan kejahatan. Misalnya di media sosial para pendukung kandidat pilkada DKI Jakarta 2017 saling “adu mulut”. Setiap pendukung mengumbar kebaikan apa yang dimiliki kandidat pilihannya, bahkan menjelekkan kandidat lawan. Akhirnya pendukung masing-masing kandidat pun saling serang di media sosial. Hal tersebut sudah masuk ke ranah cybercrime karena telah merusak nama baik.

c.       Keterbatasan akses internet

Tidak semua lapisan masyarakat memiliki akses internet yang sama, terlebih di Indonesia. Geografi yang luas membuat layanan sinyal dan akses internet tidak merata. Akibatnya hingga kini pun masih sangat banyak orang di Indonesia yang tidak mengenal internet. Akses internet yang cepat hanya bisa dirasakan di kota-kota besar. Selain itu tidak semua orang sudah “melek teknologi”, sehingga akses internet hanya bisa digunakan oleh orang-orang tertentu. Selain itu untuk terhubung dengan akses internet dibutuhkan dana yang lebih. Maka untuk orang-orang yang masih menengah ke bawah kurang peduli dan perhatian terhadap internet. Sebab untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah susah.
 
 
sumber :
 
Alatas, Salim. MEDIA BARU, PARTISIPASI POLITIK DAN KUALITAS DEMOKRASI dalam academia.edu

 

Komentar