HUBUNGAN ILMU KOMUNIKASI DENGAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF


Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan, baik positif atau negatif, secara lisan atau tertulis, berupa verbal atau non verbal. Komunikasi mengacu pada tindakan pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam konteks tertentu dan memiliki suatu pengaruh. Berarti, ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari cara-cara berkomunikasi secara baik dan benar, sesuai dengan kapan, dimana, dan dengan siapa kita berkomunikasi. Bukan hanya proses penyampaian pesan, tetapi juga proses penerimaan pesan. Sehingga pesan yang disampaikan oleh komunikator mampu diterima dengan baik oleh komunikan, dan tidak terjadi mis-komunikasi.

Mempelajari ilmu komunikasi tidak melulu tentang cara-cara berkomunikasi, tapi juga cara berpikir. Karena sebelum seseorang hendak menyampaikan pesan, secara otomatis orang tersebut akan memikirkan terlebih dahulu kata-kata apa yang akan digunakan, sikap apa yang perlu diperlihatkan, dan sebagainya. Begitu pun dengan Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang mempersiapkan mahasiswanya untuk dapat berpikir kritis serta kreatif terutama pada jurusan Ilmu Komunikasi, terlihat dari adanya mata kuliah Critical and Creative Thinking.

Mahasiswa dituntut untuk bisa berpikir secara kreatif, namun kritis. Maksudnya, mahasiswa dapat mengeluarkan ide-idenya yang orisinil dan inovatif, tetapi disertai dengan keteraturan. Berpikir kritis dan kreatif juga bisa dilihat dari kemampuan menganalisa. Contohnya, saat dihadapkan pada sebuah kasus, maka mahasiswa dapat mempertanyakan kasus tersebut lebih dalam. Hal yang dipertanyakan bisa mengenai, mengapa hal tersebut bisa terjadi, apa latar belakang kasus, apa dampak yang ditimbulkan, dan lain sebagainya. Selain itu, mahasiswa juga haru memiliki kemampuan argumentasi. Informasi yang didapat tidak diterima menta-mentah, tetapi butuh penelitian lebih dalam apakah merupakan fakta atau opini. Informasi yang ada digunakan sebagai dasar, bukti, dan alasan dalam penyusunan argumen. Argumentasi bukan merupakan pendapat atau opini pribadi semata, tetapi perlu disertai dengan bukti, latar belakang, dan premis yang memadai sehingga dapat dikatakan argumentasi yang valid.

Seseorang yang mempelajari ilmu komunikasi, kebanyakan berkarir di bidang jurnalistik atau humas (PR). Sebagai seorang jurnalis, kemampuan menganalisa dan berargumen sangat diperlukan. Contohnya saat seorang wartawan sedang mencari sebuah berita. Wartawan menemukan sebuah kasus pembunuhan. Dari kasus yang ditemukan, wartawan mendapat informasi seperti waktu pembunuhan, siapa pelaku, dan siapa korbannya. Namun sebagai jurnalis yang memiliki kemampuan analisa, jurnalis akan mempertanya lebih dalam lagi mengenai kasus tersebut. Ia akan mencari tahu alasan pelaku melakukan pembunuhan, motif atau modus apa yang digunakan, dan apa dampak yang diterima korban serta pelaku. Setelah mendapat informasi lebih lanjut, seorang jurnalis perlu mendalami informasi yang didapat. Jurnalis perlu mencari tahu kebenaran dari informasi tersebut, serta apakah informasi tesebut merupakan fakta atau opini semata, sehingga bisa mengasilkan kesimpulan (argumentasi yang valid) sesuai dengan data yang ada. Ini berguna karena berita yang ditulis seorang jurnalis merupakan berita yang berdasarkan fakta dan sudah terbukti kebenarannya.

Dalam menulis berita, seorang jurnalis juga harus berpikir kritis dan kreatif. Jurnalis mampu berpikir kreatif, apa yang akan menarik perhatian pembaca tanpa melebih-lebihkan isi berita. Isi berita tetap harus sesuai keadaan, sesuai fakta yang ada. Cara agar menarik perhatian, bisa membuat berita dengan judul menarik atau ilustrasi yang sesuai. Judul menarik bisa dibuat dengan memilih kata-kata yang banyak dimengerti orang atau kata yang sedang trend saat itu. Dengan pemilihan kata yang tepat, orang akan tertarik untuk membaca berita tersebut. Sebab, kebanyakan orang akan memilih apa yang ingin dibasa berdasarkan judulnya.

Dasar seseorang dikatakan komunikator hebat adalah kemampuannya berargumentasi. Tetapi yang perlu diingat adalah, bahwa berargumen bukan semata-mata adu pertikaian atau cek-cok belaka. Argumen juga bukan merupakan perselisihan atau adu teriak. Argumen adalah dimana kita memberikan kesimpulan yang sesuai dengan informasi-informasi yang ada, sehingga argumen kita dapat dikatakan valid. Dalam berargumen dibutuhkan kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif. Kita perlu cermat dalam memilah serta memilih bukti. Semua kempuan ini bisa didapat dengan mempelajari ilmu komunikasi, sebab ilmu komunikasi merupakan bidang ilmu yang luas dan mempelajari banyak hal. Kemampuan berpikir kritis serta kreatif pun tidak terbatas untuk kalangan mahasiswa atau orang yang berkecimpung di dunia jurnalis, namun juga orang awam, karena setiap argumen kita harus disertai dengan dasarm bukti, serta alasan yang jelas.

 

Komentar