RESENSI FILM SHATTERED GLASS : ANTARA POPULARITAS DAN KEJUJURAN


Shattered Glass merupakan film yang mengambil kisah nyata seorang jurnalis bernama Stephen Glass saat bekerja di sebuah majalah ternama Amerika Serikat, The New Republic. New Repbulic sudah dikenal sejak tahun 1914 sebagai majalah yang memiliki pengaruh politik di Amerika Serikat. New Republic memiliki 15 wartawan yang rata-rata berusia 26 tahun, dan seorang editor bernama Michael Kelly. Stephen Glass adalah salah satu wartawan termuda yang saat itu berusia 24 tahun.

            Stephen dikenal oleh karyawan lain sebagai pribadi yang menyenangkan dan menghibur. Ia pun suka memuji dan memberikan perhatian kepada sesama karyawan. Atas hal ini banyak yang simpati dan menyukai Stephen di kantor. Stephen pun dikenal sebagai wartawan yang cerdas dan tulisan-tulisannya memiliki ciri khas sendiri dalam menggambarkan suatu kejadian.

            Suatu hari, Michael Kelly menemukan kesalahan fakta pada artikel yang ditulis Stephen dengan judul Spring Brakdown. Steve mengaku bahwa ia telah salah memasukkan data tersebut dan salah karena ia telah berasumsi. Masalah pun selesai. Stephen aman berkat bantuan Kelly sebagai editornya.

            Namun hal tersebut berubah saat Michael Kelly mengundurkan diri sebagai editor karena perdebatannya dengan Marty Peretz. Kedudukan Kelly sebagai editor digantikan oleh Chuck Lane. Keputusan ini tidak disetujui oleh karyawan lain. Mereka sudah memberikan loyalitasnya pada Kelly yang dinilai sebagai editor yang mendukung dan memperhatikan bawahannya. Karyawan lain menilai bahwa Chuck adalah orang yang kaku, tidak humoris, serta tidak pantas menjadi seorang editor. Chuck sedikit tertekan dengan keadaan ini, namun keputusan tersebut diminta langsung oleh Marty selaku atasannya.

            Selama Chuck menjadi editor baru untuk New Republic, Stephen Glass telah menulis sebanyak 14 artikel. Salah satu artikel terbesar yang pernah ia tulis berjudul Hack Heaven. Artikel tersebut menceritakan bagaimana seorang hacker muda yang meretas database sebuah perusahaan software bernama Jukt Micronics. Suatu hari, seorang wartawan bernama Adam Penenberg dari Digital Forbes menemukan kejanggalan dalam artikel yang ditulis oleh Stephen tersebut. Saat ia berusaha mencari data mengenai Jukt Micronics, tidak ada satu pun keterangan yang bisa ditemukan. Hal ini semakin membuat penasaran. Dari semua data yang tercantum dalam artikel Hack Heaven, tidak ada satu keterangan pun yang bisa ditemukan termasuk nama-nama karyawan pemerintahan yang menjadi nara sumber Stephen.

            Adam berusaha mencari kepastian tersebut kepada Chuck selaku editor Stephen yang baru. Pada awalnya Chuck ragu dengan apa yang disampaikan oleh Adam. Setiap ia meminta Steve memberikan nomor telepon terkait nara sumbernya, Steve selalu bisa membuktikan bahwa nomor tersebut bisa dihubungi. Namun semakin lama Chuck menemukan kejanggalan yang membingungkan, mulai dari nomor telepon yang hanya tersambung pada voice mail, kartu nama, hingga website dari Jukt Micronics. Chuck semakin yakin bahwa terdapat kesalahan data dan fakta pada artikel tersebut.

            Kesalahan fakta tersebut mulai terbongkar saat Steve dan Chuck melakukan pembicaraan dengan orang-orang dari Digital Forbes. Steve yang pada awalnya yakin bahwa semua yang terdapat pada artikelnya adalah benar, mengakui bahwa terdapat beberapa hal yang keliru. Ia mengatakan bahwa dirinya telah tertipu oleh keterangan-keterangan nara sumbernya.

            Chuck mulai khawatir akan kelangsungan majalah New Republic dan karir Steve sebagai wartawan. Kekhawatirannya itu dipicu oleh deadline Forbes yang akan menerbitkan artikel baru mengenai kesalahan data dan fakta pada artikel Hack Heaven. Chuck yakin bahwa Steve telah tertipu oleh nara sumbernya, dan berharap bisa menunda perilisan artikel dari Forbes bila mereka bisa menemukan salah satu nara sumber untuk dimintai kejelasan.

            Chuck dan Steve pun akhirnya pergi ke Bethesda untuk menemui salah satu nara sumber, Joe Hiert. Pertama-tama mereka mendatangi gedung yang menurut keterangan Steve sebagai tempat dilaksanakannya konferensi para hacker. Namun Chuck mendapat keterangan bahwa tidak ada konferensi yang dilaksanakan di gedung tersebut saat itu. Di sinilah Chuck mulai berpikir bahwa Steve bukan ditipu, melainkan artikel tersebut adalah hasil karangan. Kecurigaannya bertambah saat Steve tidak bisa membuktikan kejelasan tempat-tempat yang ia datangi.

            Steve tahu bahwa ia telah salah dan Chuck marah terhadap dirinya. Steve mengakui kebohongannya tersebut. Ia mengaku bahwa sebenarnya ia tidak datang ke konferensi tersebut dan hanya mengandalkan keterangan dari nara sumber. Steve tidak mengakui bahwa isi dari artikel itu adalah karangannya.

            Kebohongan Steve semakin terbukti saat Chuck mengetahui bahwa kakak dari Steve yang berkuliah di Stanford berpura-pura menjadi salah satu nara sumber. Namun tetap, Steve hanya mengakui bahwa ia telah ertipu dan bukannya mengarang artikel tersebut. Chuck yang khawatir dengan kelangsungan majalah New Republic memutuskan untuk memecat Steve. Karyawan lain tidak setuju dengan keputusan tersebut sebab mereka menganggap Steve saat itu tertekan dengan keadaan dan pertanyaan-pertanyaan yang memojokkannya. Chuck tidak peduli, sebab dari apa yang diperiksanya hampir seluruh artikel yang ditulis oleh Stephen Glass adalah hasil karangan dan hayalan.

            Dalam film diceritakan bahwa pada akhirnya karyawan lain mendukung keputusan Chuck tersebut. Terbukti, bahwa dari 47 artikel yang pernah ditulis oleh Steve, 21 diantaranya adalah hasil karangan, entah itu sebagaian atau seluruh isi artikel. Atas kejadian ini, New Republic pun menerbitkan permintaan maaf kepada para pembaca karena kesalahan fatal pada majalah tersebut.

 

Popularitas di atas Kode Etik

            Tugas dari wartawan alias jurnalis adalah menyediakan berita yang faktual dan terbukti kebenarannya. Jurnalis dituntut untuk mengejar sebuah kebenaran demi masyarakat. Hal ini bertujuan karena artikel yang ditulis jurnalis mampu merubah pola pikir masyarakat, bahkan merubah kebijakan publik.

            Stephen Glass dalam artikelnya tidak memperlihatkan hal tersebut. Steve telah banyak menulis artikel yang hanya mementingkan minat masyarakat untuk membaca dan bukannya menampilkan kebenaran. Kejujuran, yang menjadi kode etik seorang jurnalis telah dikesampingkan oleh Steve demi mengejar popularitas. Steve terlena dengan nama besar yang dimilikinya dan mencari cara agar ia bisa meningkatkan popularitasnya tersebut.

            Saat Steve telah melakukan satu kebohongan, ia berlanjut dengan kebohongan lain untuk menutupi kebohongannya. Rantai kebohongan ini terus berlanjut karena Steve yang lebih mementingkan popularitas dari pada kode etiknya sebagai jurnalis. Kebohongannya ini juga terus ia lanjutkan karena Steve telah melihat bagaimana artikelnya tersebut bisa menarik minat para pembaca dan namanya semakin dikenal. Namun tanpa disadari, apa yang dilakukannya tersebut bisa merusak karirnya sebagai seorang jurnalis.

            Kode etik jurnalis untuk menyajikan kebenaran bukan hanya dilanggar oleh Stephen Glass. Bila kita melihat hubungannya pada zaman sekarang, banyak sekali berita-berita yang dibuat hanya berdasar pada asumsi semata. Berita hoax bermunculan di mana-mana dan berhasil memengaruhi pola pikir pembacanya. Berita-berita tersebut sama saja seperti artikel Steve yang hanya mementingkan popularitas di atas kode etik. Keadaan ini diperburuk dengan bermunculannya media sosial yang bisa dengan cepat menyebarkan sebuah berita yang bahkan belum terbukti kebenarannya.

            Di sinilah seorang jurnalis dituntut untuk menemukan cara bagaimana menyajikan berita faktual yang menarik, namun tidak mengesampingkan data dan fakta dari berita tersebut. Dengan begitu bukan hanya kode etik seorang jurnalis yang akan tetap terjaga, tetapi juga akan menarik minat masyarakat untuk membaca. Popularitas bukanlah satu-satunya kepuasan yang bisa diterima seorang jurnalis. Kepuasan itu akan muncul saat jurnalis berhasil menyajikan berita faktual, yang terbukti kebenaran data-datanya, sehingga bisa merubah apa yang ada di masyarakat menjadi sesuatu yang lebih baik dan benar. Seperti dikatakan Stephen Glass dalam film, bahwa saat sebuah berita bisa merubah kebijakan publik, saat itulah kepuasan tertinggi seorang jurnalis bisa tercapai, namun sekaligus sebagai tanggung jawab yang tinggi akan kebenaran dari isi berita.

 

Bekerja di bawah Tekanan

            Dalam filmnya, Stephen Glass menyatakan bahwa seorang wartawan harus bekerja di bawah tekanan. Tekanan tersebut berupa keharusan jurnalis dalam menyajikan berita sesuai fakta dan dikejar waktu penerbitan. Tekanan-tekanan tersebut ditambah lagi dengan gaji yang sedikit dan waktu istirahat yang kurang.

Tekanan inilah yang memicu Stephen Glass untuk mengarang artikel-artikel yang ditulisnya. Karena terlalu terlena dengan kebohongan yang disajikannya, ia pun lupa dengan kenyataan bahwa seorang jurnalis harus menyediakan berita yang faktual. Dalam salah satu adegan di film tersebut Steve mengomentari pekerjaan teman kantornya yang memiliki data kurang valid. Namun pada akhirnya terbukti bahwa dirinya sendiri memberikan data yang lebih tidak valid. Ia pun tidak menyarankan untuk berbuat hal yang tidak jujur dalam menyajikan sebuah berita, salah satunya memalsukan identitas nara sumber. Namun kata-kata memang hanya menjadi angin lewat. Apa yang dikatakannya tidak berbanding lurus dengan apa yang dilakukannya.

Jurnalis memang bekerja di bawah banyak tekanan. Namun bagaimana pun itu adalah jalan yang telah dipilih seorang jurnalis sebagai jurnalis. Konsekuensinya adalah mau bekerja untuk masyarakat, demi masyarakat, dengan memberikan kebenaran-kebenaran dalam artikel yang diterbitkannya. Untuk apa menjadi seorang jurnalis bila yang dilakukannya adalah mengarang?

Dari film ini dapat diambil nilai yang sangat bermanfaat bukan hanya bagi seorang jurnalis. Bahwa kebohongan itu merupakan hal yang sangat fatal. Kebohongan akan memaksa pelakunya untuk terus melakukan kebohongan-kebohongan lain demi menutupi kebohongan sebelumnya. Namun pada akhirnya, hidup kita sendiri yang akan berakhir karena terlena dengan kebohongan tersebut. Hal ini sudah terbukti sebab film Shattered Glass sendiri diangkat dari kisah nyata.

Setiap profesi memiliki kode etiknya masing-masing, salah satunya adalah jurnalis yang menjunjung tinggi kebenaran. Kode etik selain untuk menjaga profesi tersebut bekerja sesuai jalurnya, juga menjaga nama baik dari profesi tersebut. Jurnalis yang memegang teguh kebenaran sebagai kode etiknya akan dikenal sebagai seorang jurnalis yang profesional. Popularitas pun dengan sendirinya akan datang tanpa perlu dikejar.

 

           

Komentar