Spotlight
adalah sebuah film yang berhasil memenangkan piala Oscar 2016. Film yang
diangkat dari kejadian nyata ini memperlihatkan cara kerja jurnalis yang selama
ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Film tersebut menampilkan bagaimana
usaha para jurnalis di perusahaan media cetak (koran) untuk menginvestigasi
suatu kejadian yang justru membuka hal-hal baru yang lebih besar dan
mengejutkan.
Dalam
film tersebut, Spotlight merupakan sebuah tim investigasi dari perusahaan media
cetak bernama The Boston Globe. Tim Spotlight terdiri dari empat anggota,
yaitu Walter “Robby” Robinson sebagai
editor, Sacha Pfeiffer, Mike Rezendez, dan Matt Carol. Spotlight bertugas untuk
melakukan investigasi mengenai sebuah topik, yang mana pekerjaan tersebut
mereka rahasiakan. Bila investigasi telah selesai dan berita telah ditulis,
barulah Spotlight melaporkan kepada atasannya yang bernama Ben Bredlee.
Pada
awalnya, Spotlight sedang melakukan investigasi mengenai bobroknya suatu kontruksi.
Namun di tengah investigasi, bos The Globe yang baru, Marty Baron, meminta
Spotlight untuk menginvestigasi kasus lain. Kasus yang diminta adalah tentang
pelecehan yang dilakukan oleh seorang pastor bernama Geoghan. Pastor Geoghan
telah melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di enam paroki berbeda
selama 30 tahun terakhir. Banyak yang meragukan investigasi ini sebab akses
untuk mendapatkan bukti sangat sulit. Namun pada akhirnya Spotlight merubah
kasus yang sedang diinvestigasi sesuai perintah.
Dalam
perjalanan menginvestigasi kasus, Spotlight menemukan seorang pengacara yang
menangani para korban pelecehan oleh Pastor Geoghan. Pengacara tersebut bernama
Mitchell Garabedian. Garabedian banyak dianggap sebagai pengacara yang aneh
oleh banyak orang. Namun ia adalah narasumber pertama yang bisa ditemui oleh
Spotlight. Garabedian mengatakan bahwa Pastor Geoghan telah melakukan pelecehan seksual terhadap 84 orang anak. Ia
memiliki bukti bahwa Kardinal Law mengetahui kasus ini namun tidak berbuat
apa-apa untuk korban. Spotlight yang ingin mengangkat berita ini, terhalang
atas ketiadaan bukti karena Mitchell Garabedian sedang diawasi ketat
gerak-geriknya oleh Gereja Katolik terkait keikutsertannya pada kasus Pastor
Geoghan.
Perjuangan
Spotlight tidak berhenti di sini. Dengan usahanya, Spotlight berhasil menemui
korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh pastor. Tak disangka, pertemuan
ini membuka pernyataan baru bahwa pastor yang melakukan pelecehan seksual di
Boston bukan hanya Geoghan, tetapi ada 13 pastor. Hal mengejutkan ini membuat
cerita dari film Spotlight semakin seru sebab kasus yang perlu diinvestigasi
semakin besar dan rumit. Spotlight bukan hanya menginvestigasi pastor-pastor
yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak, tetapi juga kebobrokan
Gereja Katolik pada saat itu.
Fakta
baru yang didapat Spotlight membuaka fakta-fakta lainnya yang lebih
mengejutkan. Seorang psikiater yang telah melakukan penelitian selama 30 tahun
menemukan bahwa enam persen atau sekitar 90 dari seluruh pastor yang berada di
Boston telah melakukan pelecehan seksual, terutama kepada anak laki-laki. Kenyataan
baru tersebut membuat Spotlight harus bekerja ekstra dalam melakukan
investigasi demi kebaikan masyarakat Boston. Spotlight berusaha keras mencari
cara untuk menemukan bukti sebanyak-banyaknya terkait kasus pelecehan seksual
ini.
Selama
investigasi, tidak sedikit hambatan yang ditemui. Selain keterbatasan bukti,
Spotlight juga kesulitan untuk menemui korban pelecehan seksual karena mereka
enggan untuk dipublikasi. Namun seiring berjalannya waktu dan pengarahan dari
anggota tim, Spotlight berhasil menemui banyak korban dan mendapatkan
keterangan lengkap mengenai apa yang pernah terjadi. Korban yang rata-rata
adalah anak laki-laki memiliki latar belakang yang sama, yaitu berasal dari
keluarga miskin dan tidak memiliki ayah. Alasan pastor memilih anak laki-laki
adalah karena biasanya anak laki-laki sungkan untuk menceritakan apa yang
terjadi terhadap dirinya kepada orang tua.
Selanjutnya
Spotlight terus mencari cara untuk menemukan bukti-bukti terkait. Sampai
akhirnya Spotlight menemukan titik terang. Bukti utama untuk investigasi kasus
tersebut bisa didapatkan. Berkat data-data tersebut terungkap bagaimana
Kardinal Law mengetahui semua kasus pelecehan seksual dan tidak melakukan
apa-apa, dan bagaimana Gereja Katolik terlihat menutup-nutupi kasus tersebut.
Sampai akhirnya Spotlight mampu menerbitkan berita tersebut dalam sebuah berita
koran.
Film
yang berdurasi sekitar dua jam ini memperlihatkan secara nyata bagaimana cara
kerja jurnalis demi mendapatkan sebuah berita. Butuh perjuangan panjang untuk
menemukan kebenaran demi berita yang akan ditampilkan. Butuh pula ketelitian
dan kecermatan yang tinggi untuk melihat hubungan dari fakta satu dengan fakta
lain yang ditemukan. Dengan cara ini jurnalis bisa melihat titik terang atau
cara lain demi mendapatkan bukti. Usaha ini dilakukan agar berita yang akan
diterbitkan bukan hanya menjadi bahan bacaan semata, namun juga memberikan efek
kepada pembacanya.
Spotlight
memperlihatkan investigasi yang dilakukan para jurnalis. Investigasi yang dilakukan
bukan hanya satu munggu atau dua minggu. Investigasi yang dilakukan bisa
memakan waktu berbulan-bulan bahkan setahun. Langkah pertama dalam melakukan
investigasi adalah mengumpulkan fakta-fakta yang sudah ada mengenai kasus
terkait. Fakta-fakta tersebut menunjukkan kemana jurnalis akan menemukan bukti
selanjutnya.
Salah satu bukti
penting adalah keterangan narasumber. Jurnalis berusaha keras untuk menemui
setiap narasumber terkait, entah itu korban, pelaku, atau pengacara. Menemui
narasumber untuk dimintai keterangan bukanlah hal yang mudah. Seorang jurnalis
butuh perjuangan yang besar untuk bisa mendapatkan keterangan baru dari
narasumber. Dibutuhkan nyali dan akal yang tinggi untuk menemui narasumber
terkait, sebab tidak semua narsumber mau dimintai keterangan. Jurnalis tidak
mengenal kata lelah untuk mengejar dan mendatangi langsung narasumber yang bisa
mengembangkan kasus. Ditolak atau diusir untuk melakukan wawancara sudah hal
yang biasa. Bila jurnalis sudah berhasil menemui narasumber, keterangan yang
didapat saat itu dengan segera dicatat atau direkam. Terkadang ada narasumber
yang nama bahkan keterangannya tidak ingin direkam atau dicatat. Namun semua
ini adalah privasi dari narasumber sehingga jurnalis tidak bisa menolak. Keterangan
yang didapat dari hasil wawancara juga tidak selalu memuaskan karena terkait
etika profesi dari narasumber. Seperti contohnya seorang pengacara yang
memiliki etika untuk tidak membicarakan kasus kliennya kepada orang lain.
Bukti lain yang bisa
didapat adalah keterangan dari buku atau artikel-artikel terkait. Data tersebut
masih merupakan data mentah yang tersebar secara terpisah, sehingga butuh
disusun satu per satu meskti hasil yang didapat hanya selembar kertas. Data
yang didapat tersebut kemudian dihubungkan dengan data lainnya sehingga bisa
terlihat keterkaitan antara bukti dengan kasus yang sedang ditangani.
Mendapatkan bukti selain dari buku atau artikel, juga bisa didapat dari
pengadilan. Data-data seperti ini memerlukan keahlian melobi untuk
mendapatkannya. Selain itu sesama jurnalis yang berbeda institusi saling
berlomba-lomba untuk mendapatkan bukti. Karena semakin cepat mendapatkan bukti,
bisa semakin cepat pula mengeluarkan berita yang menarik perhatian masyarakat.
Dalam melakukan
pekerjaannya, jurnalis juga tidak bisa begitu saja berlama-lama melakukan
investigasi. Pekerjaan sebagai jurnalis sangat terikat dengan yang namanya deadline alis tenggat waktu. Jurnalis
selalu dikejar-kejar oleh deadline
kapan investigasi harus telah selesai dilakukan dan berita sudah ditulis. Deadline ini bertujuan agar jurnalis
bisa fokus melakukan investigasi sehingga tidak berlama-lama dan membuang
waktu.
Dari sekian panjang dan
lamanya investigasi yang telah dilakukan, hasil yang bisa diberikan adalah
berita yang tertulis dalam sebuah artikel. Mungkin ada sebagian orang yang
menganggap bahwa kerja jurnalis yang panjang dan lama terasa tidak sebanding
dengan hanya mengasilkan sebuah artikel pada kolom koran. Namun memang seperti
inilah yang dikerjakan jurnalis.
Artikel yang telah
dihasilkan tersebut bukan sembarang artikel yang bisa ditulis oleh siapa saja.
Artikel tersebut memperlihakan bagaimana perjuangan keras jurnalis untuk menyuguhkan
kebenaran yang ada di masyarakat, yang selama ini tidak diketahui. Suatu
artikel hasil investigasi mendalam juga bisa berdampak signifikan terhadap pembacanya,
seperti contoh berita yang diterbitkan dari hasil investigasi Spotlight.
Pertama, berita tersebut mampu menyadarkan para pembaca tentang apa yang
terjadi di dalam masyarakat. Sebuah kejadian besar yang bisa membahayakan
masyarakat dan selama ini tertutup rapat bisa diungkap kebenarannya. Saat
masyarakat telah sadar akan apa yang sedang terjadi, masyarakat pun akhirnya
bisa mengambil tindakan tepat untuk dirinya, keluarga, dan sekitarnya sehingga
kejadian serupa tidak terulang lagi.
Selain itu, berita
tersebut juga bisa menjadi jalan pembuka bagi terkuaknya kasus serupa yang
lebih besar. Dalam bagian akhir film Spotlight ditampilkan
keterangan-keterangan yang menyatakan bahwa setelah artikel tersebut
diterbitkan, banyak kasus pelecehan seksual serupa yang terkuak. Dengan adanya
artikel tersebut, narasumber yang tidak diketahui pada awalnya dapat
bermunculan satu per satu. Pada akhirnya, berita ini pun bisa mempermudah pihak
pengadilan untuk mendakwa tersangka yang terlibat.
Komentar
Posting Komentar